Penjelasan BMKG Tentang Potensi Tsunami 20 Meter di Pantai Selatan Jawa

Ilustrasi

infobumi.com,Jakarta – Telah beredar tentang  penelitian dari ITB yang menyatakan adanya potensi tsunami setinggi 20 meter di pantai Selatan Jawa.

Menanggapi hal tersebut, BMKG menyatakan mereka mengapresiasi hasil riset para Ahli dari ITB tersebut. Hal itu disampaikan oleh Rahmat Triyono Kepala Pusat Gempabumi dan Tsunami BMKG.

“Kami apresiasi hasil riset tersebut. Para peneliti mengedukasi perihal adanya ancaman kepada masyarakat. Ancaman itu terjadi atau tidak, belum ada yang bisa memprediksi secara tepat kapan terjadinya. Namun adanya potensi itu memang betul.” tulis BMKG dalam akun instagramnya.

Mereka menegaskan potensi gempa magnitudo (M) 9,1 yang dapat memicu tsunami hingga 20 meter yang dimodelkan oleh ahli ITB tersebut adalah skenario terburuk dari Zona Gempa megathrust.

Skenario terburuk adalah skenario terbaik untuk upaya mitigasi. Jangan sampai mitigasi yang disiapkan berdasarkan skenario dengan potensi ancaman paling kecil. Justru nanti malah tidak siap jika skenario terburuk benar-benar terjadi.

Baca Juga:  Gempa Magnitudo 4,0 Guncang  Pacitan

Perlu diingat bahwa Potensi gempabumi yang dapat memicu tsunami dari zona megathrust ini bukan hanya di Selatan Jawa namun di seluruh Zona Megathrust dari Barat Sumatera hingga Selatan Jawa, Bali dan Nusa Tenggara. Bahkan pada daerah Subduksi Banda, Subduksi Lempeng Laut Maluku, Subduksi Sulawesi, Subduksi Lempeng Laut Filipina dan Subduksi Utara Papua.

Menurut Kepala Bidang Mitigasi gempabumi dan Tsunami BMKG Daryono, meskipun Kajian Ilmiah dan permodelan dapat menentukan potensi magnitudo megathrust, maksimum gempa megat, pada kenyataannya hingga saat ini belum ada teknologi yang mampu memprediksi secara tepat dan akurat kapan dan dimana gempa akan terjadi.

”Dalam ketidakpastian ini, maka yang perlu dilakukan adalah upaya mitigasi dengan menyiapkan langkah-langkah kongkrit untuk meminimalkan risiko kerugian sosial ekonomi dan korban jiwa,” tulis pernyataan itu lagi.

Informasi potensi gempa kuat di Zona Megathrust seperti ini memang rentan memicu keresahan akibat salah pengertian. Masyarakat lebih tertarik membahas kemungkinan dampak buruknya daripada pesan mitigasi yang mestinya harus dilakukan.

Baca Juga:  Cegah Covid-19, Manager Pasar Pelangi Sepatan Lakukan Penyemprotan Disinfektan & Bagi-bagi Masker ke Pedagang

Kecemasan publik akibat informasi potensi gempa megathrust Selatan Jawa muncul akibat salah paham. Para ahli menciptakan model potensi bencana, yang tujuannya untuk acuan mitigasi. Tetapi masyarakat memahaminya seolah akan terjadi bencana besar dalam waktu dekat. Masalah komunikasi sains ini harus diperbaiki.

Pernyataan itu juga menyebutkan jika bahwa potensi gempa megathrust di Selatan Jawa bukanlah hal yang baru diketahui. Zona Megathrust ini sudah ada sejak jutaan tahun lalu saat terbentuknya rangkaian busur Kepulauan Indonesia.

Komentar