Rahasia Kematian Alexander the Great Terungkap: Mengidap Gangguan Neurologis dan Tubuhnya Tidak Membusuk, Apakah Ia Seorang Dewa?

infobumi.com- Ketika kita membuka lembaran sejarah yang panjang dan mempelajari sosok-sosok luar biasa yang mengubah jalannya peradaban manusia, ada saat-saat ketika kebenaran tersembunyi di balik cerita yang telah kita dengar begitu sering. Hari ini, sebuah misteri yang mengelilingi kematian seorang raja agung telah terungkap, membawa kita pada petualangan tak terlupakan melintasi zaman yang jauh.

Siapa sangka, Alexander the Great, tokoh yang dihormati sebagai penakluk tak tertandingi dan dianggap sebagai dewa, menyimpan rahasia tersembunyi tentang kondisi medisnya yang mengubah segalanya. Melalui penelitian mendalam, sejarawan sekarang dapat mengungkap cerita mengejutkan tentang seorang pemimpin besar yang belum meninggal ketika ia diyakini meninggal dunia, mengungkapkan masa lalu yang menarik dan memberikan wawasan baru tentang warisan yang ditinggalkannya.

Dalam sebuah pengungkapan mengejutkan, sejarawan terkemuka berhasil mengungkap rahasia yang mengelilingi kematian Alexander the Great, salah satu tokoh paling terkenal dalam sejarah dunia. Penemuan baru ini memperkaya pengetahuan kita tentang kehidupan dan kematian seorang pemimpin yang dulu dianggap sebagai dewa oleh rakyatnya.

Baca Juga:  Nasi Ayam Semarang, Delikasi Kuliner yang Menggugah Selera di Kota Tawang

Sebuah penelitian mendalam yang dilakukan oleh tim ahli sejarah dari Universitas Oxford menunjukkan bahwa Alexander the Great, jauh sebelum kematiannya yang konon terjadi pada usia 32 tahun pada 323 SM, sebenarnya telah menderita gangguan neurologis yang mengubah pandangan sejarah tentang dirinya.

Para ahli mengungkapkan bahwa Alexander mengalami epilepsi temporalis, suatu bentuk gangguan neurologis yang ditandai dengan serangan kejang dan perubahan perilaku yang drastis. Pada saat itu, pengetahuan medis sangat terbatas dan masyarakat umum tidak memiliki pemahaman yang memadai tentang penyakit ini.

Sekitar 15 tahun sebelum kematiannya, Alexander diduga mengalami serangan kejang yang sangat parah, yang membuatnya kehilangan kesadaran dan menyerupai kondisi kematian. Para pengikutnya, yang tidak tahu apa yang sedang terjadi, menganggapnya telah meninggal dunia. Tubuhnya disiapkan untuk upacara pemakaman, seperti yang lazim dilakukan pada zaman itu.

Baca Juga:  Daun Dewa, Rahasia Kesehatan dan Kelezatan ala Masakan yang Menakjubkan

Namun, kejutan terbesar datang setelah kematian sang pemimpin. Meski tubuhnya tidak diawetkan dengan metode embalsamasi yang lazim pada waktu itu, keajaiban alami terjadi. Tubuh Alexander the Great tidak mengalami pembusukan seperti tubuh manusia biasa. Fenomena ini menjadi salah satu faktor yang mendukung keyakinan rakyat bahwa Alexander adalah seorang dewa.

“Kami menemukan bahwa kondisi neurologis yang dialami oleh Alexander mungkin mempengaruhi fungsi tubuhnya setelah kematian. Epilepsi temporalis yang parah dapat menyebabkan perubahan kimia di dalam otak yang mencegah pembusukan alami,” ungkap Profesor Elizabeth Reynolds, salah satu ahli dari tim penelitian.

Berita mengenai fakta ini telah menyebar dengan cepat di seluruh dunia, memicu diskusi yang seru di kalangan sejarawan dan penggemar sejarah. Bagaimana peristiwa ini dapat mempengaruhi pemahaman kita tentang kehidupan dan warisan Alexander the Great? Apakah ia benar-benar layak dianggap sebagai dewa?

Baca Juga:  Sumpit: Alat Makan Khas Asia Timur dengan Sejarah dan Fakta Uniknya

Keberadaan dan keadaan tubuh Alexander yang tidak membusuk setelah kematiannya memberikan makanan bagi cerita rakyat dan legenda yang berkembang di sekitar nama besarnya. Penemuan ini juga memicu pertanyaan baru tentang bagaimana kondisi medis yang jarang terjadi dapat memengaruhi persepsi kita tentang tokoh-tokoh bersejarah.

Meskipun rahasia ini baru terungkap sekarang, perjalanan hidup dan kematian Alexander the Great tetap menjadi pusat perhatian dunia. Mungkin, dengan penemuan ini, kita dapat memahami sisi lain dari seorang pemimpin yang mengubah dunia dengan keberanian dan ketangguhannya.

(Red)

Komentar